Seorang fotografer senior yang karyanya banyak diakui orang pernah bercerita, “Ada orang yang dengan bangganya berkata kepada saya, ‘Saya sudah 3 tahun memakai kamera dan selama itu saya tidak pernah memakai modus Auto!’. Dalam hati saya berkata, ‘Saya sudah 34 tahun pegang kamera dan baru 3 tahun terakhir ini saya pakai auto!’. Sudah diberi kemudahan kok malah cari-cari masalah?”. Banyak yang mendengarkan cerita ini tersenyum mesem-mesem, ga mirip semar mendem, sambil berfikir yang kira-kira begini: “Sial, pengen nyombong pake manual malah dicela”.
Fotografi, paling ga menurut gw, bukanlah tentang teknik memoto atau aturan-aturan baku fotografi.. tapi tentang mengabadikan moment ( ga tau bahasa Indonesianya apa ) sehingga orang lain yang ikut melihat hasil foto itu bisa ikut merasakan apa yang diinginkan si tukang foto supaya orang lain ikut merasakan.. bahasa yang sering gw denger itu supaya fotonya dramatis..
Yang paling berasa itu di foto-foto jurnalis, dari kejadian yang cepat dan kebanyakan tidak bisa diatur, mana sempat untuk settingan manual? Tapi foto yang dianggap paling baik adalah foto yang bisa menghadirkan suasana dramatis bagi orang-orang yang melihat hasil fotonya. Untuk foto-foto lainnya dimana pengaturan sangat mungkin dilakukan, misal: ingin memoto backlight dengan model berkulit gelap pastinya modus Auto akan kesulitan bila tanpa kompensasi secara manual dari tukang foto.
Jadi siapa takut pakai modus Auto???
Tidak ada komentar:
Posting Komentar