Tampilkan postingan dengan label belajar. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label belajar. Tampilkan semua postingan

Riak Install (2.0.0)

Kenapa?

Udah server ke 4 yang mesti di install Riak, masih aja lupa urutannya, hehehe.. Jadi ya mending catat di Blog, sekalian kali aja ada yg mau ikutan belajar.

Urutan

Urutan install:
  1. Install erlang
    1. Install kerl (https://github.com/yrashk/kerl)
      Download kerl:
      curl -O https://raw.githubusercontent.com/spawngrid/kerl/master/kerl
      
      Trus jadiin executable:
      
      chmod a+x kerl
       
    2. Install paket erlang-crypto
      apt-get install erlang-crypto
    3. Download erlang yang sesuai. Untuk Riak 2.0.0 sih gw pake R16B03-1, urutannya:

      ./kerl build R16B03-1 r16b03-1
      ./kerl install r16B03-1 ~/erlang/R16B03-1

      nah nanti ada perintah untuk aktifin install yg mana, ikutin aja
  2. Install rebar
    Panduan install: https://github.com/basho/rebar
    git clone git://github.com/rebar/rebar.git
    cd rebar
    ./bootstrap
    
  3. Install riak
    Panduan install: http://docs.basho.com/riak/latest/ops/building/installing/debian-ubuntu/#Installing-From-Source
    wget http://s3.amazonaws.com/downloads.basho.com/riak/2.0/2.0.0/riak-2.0.0.tar.gz
    tar zxvf riak-2.0.0.tar.gz
    cd riak-2.0.0
    make rel
    Selamat anda sudah menginstall Riak 2.0.0
    catatan:
    • Kalo compile berhenti dan ada kata-kata "canola", "pam" kemungkinan musti install library pam:
      apt-get install libpam0g-dev

Update

Sekarang install Riak udah makin gampang, pake Debian Wheezy trus ikutin yang di sini: http://docs.basho.com/riak/latest/ops/building/installing/debian-ubuntu/, beres deh.. tinggal rajin-rajin update aja.

Strobist Untuk Pemula

Strobist Untuk Pemula

Setelah lumayan mengerti tentang teknik-teknik fotografi liburan dan liputan (kebanyakan liburannya sih), tiba saatnya masuk ke teknik Strobist, dan karena masih pemula, jadilah teknik Strobist untuk pemula.

Sebetulnya apa sih yang disebut Strobist? Hasil pencarian di Internet menyatakan bahwa Strobist berasal dari kata "Strobe" yang artinya adalah alat yang dapat memancarkan cahaya (http://en.wikipedia.org/wiki/Strobe_light). Yang artinya adalah teknik foto yang menggunakan alat bantu yang dapat memancarkan cahaya, IMHO.

Sekarang gw masih belajar trial & error untuk teknik ini, tunggu update selanjutnya.

Sitebridge

Setelah beberapa tahun tidak dimanfaatkan sepertinya ini adalah saat yang tepat untuk kembali mengembangkan situs Sitebridge.

Tujuan pertama Sitebridge tidak lain dan tidak bukan adalah untuk menambah penghasilan. Sebagai freelancer, yang pertama kali ditanyakan oleh pelanggan adalah: “Portfolionya mana?” setelah keluar pertanyaan itu baru deh mulai sibuk nyiapin dan ngumpulin portfolio. Yang parahnya, sebagai programmer sebagian portfolio ga bisa dikasih lihat dalam bentuk visual. Dari kesulitan itulah akhirnya gw mutusin untuk buat Sitebridge sebagai situs portfolio.

Tetapi dalam perkembangan selanjutnya, kebanyakan klien yang gw terima itu cuma klien mouth-to-mouth (bukan klien ciuman maksudnya, hehehe) alias cuma kenal dari teman-teman saja. Awalnya model “jualan” seperti ini sudah mencukupi karena dilakukan sembari kerja pada perusahaan real. Tapi sekarang sepertinya sudah ga mungkin lagi mengharapkan kerja pada perusahaan orang.

Kerja di perusahaan orang sepertinya nyaman, tetapi ya itu, kalo pas dapet kantor yang enak sih nyaman tapi kalo dapet kantor yang ga enak ya runyam. Apalagi sekarang, waktu melamar maunya jadi programmer, eh ajaib, sekarang jadi System Administrator.

Kembali lagi ke Sitebridge, setelah negoisasi panjang dengan teman-teman lama akhirnya gw kembali bermaksud menghidupkan Sitebridge! Semangka!

Street Photography

Street Photography jalanan adalah jenis fotografi dokumentasi yang mengambil foto Subyek secara candid di tempat-tempat umum, seperti di jalan, taman, pantai, mol dan lain-lainnya.
- Wikipedia

 

Belajar Fotografi–Modus Auto? Siapa takut???

Seorang fotografer senior yang karyanya banyak diakui orang pernah bercerita, “Ada orang yang dengan bangganya berkata kepada saya, ‘Saya sudah 3 tahun memakai kamera dan selama itu saya tidak pernah memakai modus Auto!’. Dalam hati saya berkata, ‘Saya sudah 34 tahun pegang kamera dan baru 3 tahun terakhir ini saya pakai auto!’. Sudah diberi kemudahan kok malah cari-cari masalah?”. Banyak yang mendengarkan cerita ini tersenyum mesem-mesem, ga mirip semar mendem, sambil berfikir yang kira-kira begini: “Sial, pengen nyombong pake manual malah dicela”.

Fotografi, paling ga menurut gw, bukanlah tentang teknik memoto atau aturan-aturan baku fotografi.. tapi tentang mengabadikan moment ( ga tau bahasa Indonesianya apa ) sehingga orang lain yang ikut melihat hasil foto itu bisa ikut merasakan apa yang diinginkan si tukang foto supaya orang lain ikut merasakan.. bahasa yang sering gw denger itu supaya fotonya dramatis..

Yang paling berasa itu di foto-foto jurnalis, dari kejadian yang cepat dan kebanyakan tidak bisa diatur, mana sempat untuk settingan manual? Tapi foto yang dianggap paling baik adalah foto yang bisa menghadirkan suasana dramatis bagi orang-orang yang melihat hasil fotonya. Untuk foto-foto lainnya dimana pengaturan sangat mungkin dilakukan, misal: ingin memoto backlight dengan model berkulit gelap pastinya modus Auto akan kesulitan bila tanpa kompensasi secara manual dari tukang foto.

Jadi siapa takut pakai modus Auto???

Java Rockin Land 2010

Dapet kesempatan kedua untuk ikutan dari belakang Java Rockin Land, yang sebelumnya tahun 2009. Seperti sebelumnya, acaranya dari hari Jumat sampai hari Minggu. Gw ikutan dari hari Jumat sampai malem.. hehehe.. maaf bukan sampai hari Minggu.. padahal udah pengen banget ikut sampai hari Minggu, tapi entah kenapa ada aja halangannya..

Hari Jumat JRL dimulai dengan hujan.. kacau.. band2 pembuka pada telat bukanya semua, untung bukan buka puasa.. hehehe.. jadi cuma dikit nih dapet foto2nya..

Dan dengan keterbatasan, 400D + Sigma 55 – 200mm f/4-6.5, silahkan dinikmati..

Car Free Day – 26/09/2010

Udah lumayan lama dari kali terakhir gw moto2.. entah kenapa, kok foto memoto udah bikin gw kaya kecanduan gitu ya? Atau mungkin gw nya aja yang udah stress jadi pengen istirahat mata, lihat yang bagus2?

Setelah curhat ngalor ngidul ga jelas, kecuali pas gw bilang gw kehabisan obyek foto, ke temen sekaligus mentor gw soal moto memoto, akhirnya gw disaranin untuk moto “Car Free Day” aja.. mentor ngajarin, sebetulnya banyak kejadian sekitar kita yang bisa jadi obyek foto, cuma masalahnya sepintar atau sekreatif apa elo bisa ngeliatnya..  hehehe.. thx bro..

Google App Inventor untuk Android

Membuat aplikasi mobile semudah membuat webpage

Minggu ini Google telah meluncurkan salah satu proyek Google Labs, Google App Inventor untuk Android. Seperti yang kita semua tahu, Android adalah salah satu sistem operasi handphone yang mulai terkenal dan banyak digunakan sekarang ini. Selain karena sifatnya yang Open Source, baca: Gratis, pengembangannya juga didukung oleh badan yang bisa dipercaya yaitu Google.
Dengan App Inventor ini setiap orang dapat membuat aplikasi mobile untuk Android tanpa harus memiliki kemampuan programming yang lebih. Dengan menggunakan aplikasi ini membuat aplikasi mobile semudah membuat webpage dengan Microsoft Frontpage. Developer dapat melakukan banyak hal hanya dengan click & drag. Jika membuat aplikasi mobile menjadi semudah ini, apakah hal ini akan sangat bermanfaat atau menjadi sesuatu yang mubazir?
Gw sendiri Web Programmer, biasa bikin program, berkutat dengan baris-baris perintah. Dalam pembuatan suatu proyek yang baik, biasanya, paling tidak dibutuhkan seorang web programmer dan seorang web designer. Dengan App Inventor, fungsi seorang web programmer sebetulnya bisa di kurangi, walaupun gw yakin ga bakal 100% hilang. Atau kalau mau dibalik, fungsi seorang web designer bisa dikurangi, karena si web programmer bisa juga merangkap sebagai seorang web designer, paling tidak untuk urusan menerjemahkan dari design JPG ke bentuk positioning di aplikasi sudah bisa dikerjakan lebih mudah.
Dengan melihat fungsinya yang kira-kira bisa mengurangi 1/4 pekerjaan dari tim yag terdiri 2 orang, apabila dilakukan dengan cermat, 1/4 pekerjaan tadi bisa dialokasikan untuk kreatifitas ide-ide pembuatan aplikasi. Seorang programmer yang tidak akan terlalu dipusingkan oleh pengetikan program akan dapat memberikan fokus lebih untuk mengembangkan ide-ide kreatifnya. Demikian juga untuk orang awam, tanpa membutuhkan kemampuan pemrograman dapat membuat aplikasi yang sesuai kebutuhannya, akan semakin banyak variasi yang beredar di internet. Nilai lebih ataukah nilai kurang jadinya ini untuk App Inventor?
Apakah aplikasi ini akan berkembang dan menjadi trend setter berikutnya di dunia maya ataukah hanya akan menjadi aplikasi yang sekedar lewat? Mari kita tunggu bersama.

Dasar-dasar Fotografi Digital II

Lebih Lanjut Dengan Segitiga Exposure

Seperti sudah dibahas di 'Dasar-dasar Fotografi Digital I’, tiga komponen utama exposure kamera adalah ISO / Kecepatan Sensor, Shutter Speed / Kecepatan Rana dan Aperture Value / Bukaan Rana. Selanjutnya gw coba ngebahas lebih dalam lagi untuk masing-masing komponen, menurut pengertian gw.

 

ISO / Kecepatan Sensor

Mengulang sedikit lagi bahasan sebelumnya, ISO adalah satuan ukuran sensitifitas sensor terhadap cahaya, yang berarti juga adalah kecepatan sensor untuk merekam cahaya.

Sensor dengan kepekaan rendah terhadap cahaya atau untuk istilah teknisnya sensor dengan ISO rendah membutuhkan waktu yang lebih lama untuk merekam cahaya dengan intensitas tertentu sehingga disebut ISO lambat. Berbeda dengan ISO tinggi yang membutuhkan waktu yang lebih singkat untuk merekam intensitas cahaya yang harus direkam oleh ISO yang lebih rendah, oleh sebab itu disebut ISO cepat.

Standar ISO pada kamera digital sekarang ini berkisar dari ISO 50 hingga ISO 12800. Standard ISO dikeluarkan oleh organisasi internasional yang bertugas mengatur standarisasi satuan ukur yang bernama ISO, yang akhirnya namanya diambil untuk menyatakan tingkat sensitifitas cahaya tadi.

Melihat dari Exposure Triangle dari bahasan sebelumnya, peningkatan ISO berari juga peningkatan  noise dari hasil foto. Kemampuan kamera yang baik adalah yang mampu menangkap gambar dengan ISO yang setinggi mungkin dengan tingkat noise yang serendah mungkin. Berhati-hatilah dengan kemampuan kamera mengatasi noise. Beberapa kamera mampu menghilangkan noise dengan mengorbankan ketajaman hasil foto.

Dasar-dasar Fotografi Digital I

Fotografi

Terjemahan seenaknya dari fotografi / photography adalah melukis menggunakan cahaya, wikipedia. Dimana proses dasar pembuatan gambar pada fotografi adalah melewatkan cahaya pada medium tertentu dan merekamnya, kalau dahulu cahaya direkam di film sedangkan untuk era komputerisasi seperti sekarang ini di rekam secara digital.

Jadi, dari penjelasan di atas bisa kita ambil kesimpulan,  secara teknis, komponen utama dari fotografi itu adalah cahaya.

2018: Tahun Baru Motivasi Baru

Tahun Baru 2017 sudah lewat, sekarang sudah 2018. Tahun berganti seperti yang sudah-sudah, setahun lagi juga akan berganti menjadi 2019. ...